Sofian Hadi Prasetyo

Minggu, 14 Desember 2014


Seringkali kita dihadapkan dengan jumlah data yang sangat banyak dan beragam, sedangkan kita hanya akan melakukan proses pada suatu data tertentu saja, untuk itu kita memerlukan pengetahuan mengenai bagaimana memunculkan data yang hanya kita perlukan atau mudahnya kita sebut select data.
Select data ini dapat kita lakukan berdasarkan attribut atau informasi yang terkandung dalam data tersebut ataupun dengan menggunakan lokasi dimana data tersebut berada.

Baca Selengkapnya  



Buat kalian para pengguna smartphone, coba deh kalian manfaatin lagi tuh HP selain buat SMS  atau Telepon, Hp ini juga bisa di pakai buat dapetin Dollar !!! Caranya gampang banget, lo tinggal masuk ke Play Store atau App Store terus cari yg namanya aplikasi "WHAFF". Nih gambarnya kaya di bawah ini. Anda tahu Clash Of Clans atau game di android lainnya yang terkadang membutuhkan biaya untuk membeli barang-barang premium, nah dollar dari sini bisa digunakan untuk membeli barang-barang tersebut, Contohnya membeli Gems di game COC.





Sebenernya aplikasi ini buat apa sih ? Nah jadi aplikasi ini memberikan kesempatan buat kalian dapetin dolar dengan cara menawarkan aplikasi-aplikasi lain yang mungkin kalian butuhkan, tinggal download aplikasi yang ditawarkan dari Whaff ini dan dapatkan dollarnya, Satu aplikasi bisa sampai 0.4 Dollar loh ! atau setara 5-6 ribu rupiah kali ya.

Nah sekarang gimana cara penggunaannya, ikutin langkah di bawah ini :

1. Pastiin lo uda Download dan install aplikasi WHAFF di smart phone lo lalu buka aplikasi tersebut.

2. Setelah aplikasinya lo buka, lihat pada bagian atas aplikasi ada tulisan Log-in, itu buat kalian bisa login dengan akun Facebook kalian, kemudian masukan username dan isikan password Facebook kalian
NAH BAGIAN INI HARUS DI BACA BAIK-BAIK AGAR KALIAN DAPAT BONUS YANG LUMAYAN DI AWAL (haha ga biasa bgt ya CAPSLOCK jebol).

3. Setelah kalian berhasil login dengan akun facebook, maka akan muncul Enter Invite Code, nah masukan Kode seperti gambar di bawah ini, lalu kamu akan mendapatkan bonus dollar di awal sebesar 0.3 dollar atau setara 4 ribu rupiah. ingat invite ini hanya ada satu kali di awal, dan jangan sampai kamu lewatkan kesempatan dapatkan dollar di awal ini.


4. Selanjutnya kalian bisa Download aplikasi-aplikasi yang terdapat pada Premium Picks atapun Whaff Picks dan dapatkan dollar yang ditawarkan. Kalau kalian hanya numpang download dan install aplikasi tersebut lalu kalian uninstall kembali, hal itu tidak masalah, karna dollar yang kalian dapatkan tidak akan ditarik kembali. Contohnya penawarannya seperti gambar di bawah ini.


5. Dapatkan bonus Harian anda sampai 4-5 Dollar per harinya. :)

6. Cara menukarkan saldo kalian cukup mudah, Pilih Jendela Browse lalu pilih menu Exchange

lalu pilih jenis penukarang yang kalian inginkan, lihat gambar di bawah ini

Misalkan kalian ingin menukarkan ke Google Play Gift Cards, maka pilih jenis tersebut lalu masukan jumlah penukaran pada Choose The Amount

Setelah itu ada notice yang isinya Permintaan Payout berhasil, silahkan tunggu max 3 hari. Untuk mencek Kode saldo sudah sampai atau belum, buka whaff - klik Earning (di atas dekat Foto) geser ke kiri (Payout history) . Jika kode saldo sudah ada seperti di gambar


Salin kode tersebut lalu buka Play store dan pilih "Tukarkan"




Selamat mencoba

Kamis, 11 Desember 2014

http://mangacanblog.com/baca-komik-one_piece-770-771-bahasa-indonesia-one_piece-770-terbaru.html

Di Lantai paling atas Luffy ditahan oleh Bellamy yang menggunakan jurus andalannya sampai memukul luffy dengan menggunakan haki. Sedangkan di lantai bawah, Pika masih bertarung dengan zoro dan amukan pika sampai menghancurkan tanah yang menjadi tempat bertarung para elit keluarga doflaminggo dan petarung coloseum. Satu Elit akhirnya bisa dikalahkan oleh raksasa elbaf yang mengorbankan satu tangan dan kakinya, Selengkapnya baca Disini

Senin, 08 Desember 2014

Lanjutan dari posting sebelumnya mengenai Skoring Fungsi Kawasan, kali ini kita akan coba untuk membuat peta skoring fungsi kawasan.
Anda dapat mendownload bahan materi untuk membuat Peta Skoring Fungsi Kawasan dibawah ini
Untuk membuat peta skoring, ikuti langkah di bawah ini

Baca Selengkapnya





Kegiatan skoring kawasan hutan dimaksudkan untuk menilai fungsi dari kawasan hutan tersebut apakah lebih cocok untuk hutan lindung, atau hutan produksi. Faktor-faktor yang diperhatikan dan diperhitungkan di dalam penetapan perlunya hutan lindung di dalam kawasan adalah lereng lapangan, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah yang bersangkutan.

Tiga komponen utama (kelerengan, jenis tanah, curah hujan) diberi angka penimbang (bobot) masing-masing sebagai berikut : faktor kelerengan = 20, jenis tanah = 15 dan intensitas hujan = 10.
 




Sebelumnya kita sudah pernah membahas tentang bagaimana membuat data kontur, kalau anda belum baca silahkan baca Membuat Peta Kontur atau Membuat Peta Kontur Berdasarkan data DEM.
Dari Data kontur tersebut selanjutnya dapat kita turunkan menjadi peta kelas kemiringan lahan untuk dapat mengkategorikan kondisi topografi dari suatu hamparan lahan.

Berikut akan disampaikan cara membuat peta kelas kemiringan lahan yang sederhana dengan data dasar peta kontur

Minggu, 07 Desember 2014

FORDA (Bogor, 04/12/2014) Untuk menekan deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia haruslah diketahui penyebabnya. Salah satunya adalah belum terbentuknya institusi yang mengelola wilayah hutan yang ada secara menyeluruh, sehingga diperlukan unit-unit manajemen pengelolaan hutan atau yang disebut dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Hal ini disampaikan oleh Sylviani, Peneliti Pusat Litbang Perubahan iklim dan Kebijakan, Badan Litbang Kehutanan dalam Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 10 No 3 tahun 2013.
 
“Pembentukan KPH merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dipandang dari aspek ekonomi, ekologi dan sosial budaya, “ kata Sylviani.
Lebih lanjut, Sylviana menyebutkan bahwa permasalahan yang paling penting dalam operasional KPH adalah kelembagaaan atau bentuk dan struktur organisasi KPH serta peraturan pendukung dan implementasinya.
 
Salah satu peraturan pendukung KPH tersebut tertuang dalam pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan No. 6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK). NSPK adalah semua ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat yang dapat dijadikan pegangan oleh pemerintah daerah untuk menjalankan desentralisasi kewenanganya terutama dalam pengelolaan kawasan hutan.
“Implementasi NSPK pengelolaan KPH dapat diketahui dari rencana maupun realisasi kegiatan pengelolaan KPH model yang dipilih, “ kata Sylviani
Untuk melihat sejauh mana implementasi NSPK pengelolaan KPH, Sylviani memilih tiga (3) KPH model berdasarkan pada perkembangan organisasi KPH tersebut. Ketiga model tersebut adalah KPH Dampelas Tinombo di Sulawesi Tengah serta KPHP Reg 47 Way Terusan dan KPHL Batu Tegi di Provinsi Lampung.
 
KPH Dampelas Tinombo mempunyai bentuk organisasi Unit pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi hingga saat ini sudah operasional. KPHP Reg 47 Way Terusan mempunyai bentuk organisasi UPTD Dishut Kabupaten dan hingga saat ini belum operasional. Sedangkan KPHL Batu tegi merupakan tanggung jawab Dishut Provinsi dan statusnya baru penunjukan belum ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan struktur organisasi KPH mempunyai kesamaan dalam hal pembagian kerja, wewenang, rentang kendali dan departemenisasi. Perbedaan pengelompokan jenis/nama departemenisasi yang disebabkan oleh perbedaan kondisi daerah, potensi kawasan serta kebijakan setiap daerah.  
 
“Bentuk organisasi KPH pada lokasi penelitian memiliki karakteristik ”struktur organisasi fungsional” yang senantiasa beradaptasi dengan lingkungannya agar tetap berkembang menuju visi dan misi yang telah dibuat. Apabila kebijakan berubah, organisasi akan berubah dan menyesuaikan struktur organisasi internalnya, ”kata Sylviani.
 
Dari segi implementasi NSPK pengelolaan KPH, KPHP Reg 47 Way Terusan dan KPH Dampelas Tinombo telah memenuhi kriteria, sedangkan KPHL Batu Tegi masih perlu penyempurnaan dan penyesuaian struktur organisasi.
 
“Struktur organisasi KPH tidak perlu diseragamkan untuk semua daerah tapi dibentuk sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah, “ kata Sylviani
Dengan dukungan struktur organisasi yang disesuaikan dengan kondisi kawasan masing-masing dan penerapan kebijakan NSPK maka pengelolaan KPH akan lebih terkendali. Selain itu solusi permasalahan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masing-masing KPH akan lebih tepat sasaran. Dengan demikian permasalahan kritis seperti deforestrasi dan degradasi hutan akan teratasi dengan lebih optimal.**RMD

 
Editor : Sub Bagian Data dan Informasi

 

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Forestry Research and Development Agency (FORDA)
Pada posting sebelumnya sudah kita bahas salah satu cara membuat garis kontur yaitu dengan interpolasi titik yang sudah diketahui ketinggiannya, kali ini kita akan coba membuat kontur dengan menggunakan DEM, apa itu DEM?

DEM adalah suatu data berbentuk raster yang mengandung informasi nilai digital berupa informasi letak (koordinat X dan Y) dan ketinggian lokasi diatas permukaan bumi. Data DEM dapat berasal dari :
  1. Foto Udara stereo 
  2. Citra satelit stereo 
  3. Data pengukuran lapangan : GPS, Theodolith, EDM, Total Station, Echosounder 
  4. Peta topografi 
  5. Linier array image
Karena data DEM memiliki informasi mengenai ketinggian suatu lokasi, maka data ini dapat dijadikan acuan dalam membentuk garis kontur yang menggambarkan lokasi dengan ketinggian yang sama.

Selengkapnya

Kamis, 04 Desember 2014

Kita pasti pernah mendengar istilah garis kontur atau bahkan familiar dengan istilah tersebut. Sebenarnya apa sih garis kontur itu? sejenis makanan atau minuman? atau apa?

Jadi  garis kontur adalah Sebuah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari suatu bidang acuan tertentu. Sudah ngerti belum? dikit-dikit? ya sudah kalau masih penasaran, kita coba beri gambaran, anda pasti pernah melihat gunung atau lembah kan? yang namanya gunung pasti lebih tinggi dari dataran di sekitarnya, ya ia lah. haha. Nah, karna dia (gunung) lebih tinggi dari daerah sekitarnya, berarti pasti ada perbedaan tinggi dong antara puncak gunung dengan kaki gunung. Garis kontur mencoba menggambarkan bagaimana bentuk dari gunung tersebut, apabila kita lihat di atas peta, dengan cara menggambarkan lekuk dari gunung tersebut yang memiliki ketinggian yang sama, lebih jelasnya coba lihat gambar di bawah ini.


Posting ini adalah lanjutan dari posting sebelumnya mengenai Proyeksi Peta
Untuk mengikuti langkah-langkah dalam mengubah proyeksi peta yang akan disampaikan, terlebih dahulu silahkan download bahan materi Disini
Setelah anda selesai mendownload bahan materi, silahkan anda ekstrak arsip tersebut agar menjadi sebuah folder yang berisikan file lokasi kecamatan (point), Jaringan Jalan (polyline) dan Batas Kawasan (polygon). File tersebut merupakan file yang sama dengan hasil yang anda buat jika anda mencoba melakukan digitasi seperti yang sudah dibahas pada posting Digitasi point, Digitasi Polyline dan Digitasi Polygon.
Untuk dapat mengubah proyeksi peta yang sebelumnya menggunakan proyeksi sistem koordinat geodetik menjadi sistem koordinat UTM, silahkan ikuti langkah di bawah ini.


Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. 

Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.

Selasa, 02 Desember 2014



 FORDA (Kupang, 01/12/2014)_Pada akhir tahun 2014 ini, beberapa peneliti Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang telah berhasil menyusun Peta Kesesuaian Lahan Cendana (Santalum album Linn.)  pada 4 (empat) Pulau Besar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Keempat pulau tersebut adalah Pulau Timor, Pulau Sumba, Pulau Alor serta Pulau Flores.

“Peta ini merupakan awal langkah kami untuk lebih jauh menyediakan kebutuhan bagi penanaman cendana di NTT,” kata Hery Kurniawan, M. Sc., peneliti BPK Kupang.
Lebih lanjut, Hery menyatakan bahwa latar belakang pembuatan peta ini karena tingkat keberhasilan kegiatan penanaman/reboisasi cendana di NTT dinilai masih rendah. Sehingga menimbulkan suatu hipotesis bahwa lahan yang digunakan untuk kegiatan tersebut kurang sesuai dengan karakteristik cendana.

“Cendana itu spesifik. Kami melihat ada beberapa karakteristik khusus untuk cendana yang perlu diketahui dengan baik, “ kata Hery.
Meskipun kisaran tempat tumbuh cendana cukup luas, harus berhati-hati dalam memilih lokasi untuk penanaman cendana. Cendana akan tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan 600 – 1600 mm, temperatur tahunan minimum sekitar 10 0C dan maksimum sekitar 35 0C. Cendana juga memerlukan banyak cahaya, meskipun pada tahap awal semai di lapangan memerlukan naungan untuk menghindari kekeringan dan panas terik matahari.

Untuk menyusun peta kesesuaian lahan cendana dibutuhkan data dan informasi peta satuan lahan yang dioverlaykan dengan persyaratan tempat tumbuh cendana. Sedangkan peta satuan lahan sendiri merupakan hasil overlay dari peta jenis tanah, kelerengan, ketinggian tempat, tutupan dan penggunaan lahan serta curah hujan.

“Ke depan,  peta kesesuaian lahan ini diharapkan dapat menjadi alat bantu dalam perencanaan pengembangan cendana, sehingga lebih terarah dan mengurangi resiko kegagalan di lapangan akibat kesalahan menentukan lokasi, “ kata Hery.
Hery menjelaskan bahwa sampai saat ini, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Benain Noelmina di Kupang yang sudah berkoordinasi secara langsung untuk mengimplementasikan peta kesesuaian lahan cendana.

Selain pengembangan peta kesesuaian lahan cendana , BPK Kupang juga telah menghasilkan teknologi budidaya tanaman cendana yang meliputi teknik eksplorasi benih, persemaian, regenerasi tunas akar, penanaman serta penanggulangan hama dan penyakit.

Untuk mencapai keberhasilan konservasi cendana, BPK Kupang tidak berdiri sendiri. Tetapi melibatkan berbagai pihak baik Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan, masyarakat serta Pemerintah Provinsi NTT. Bahkan dalam kerjasama tersebut telah dihasilkan Masterplan Pengembangan dan Pelestarian Cendana di Provinsi NTT Tahun 2010-2030.

“Diharapkan masterplan tersebut bisa menjadi pedoman bagi pemangku kepentingan dalam mewujudkan kembalinya NTT menjadi Propinsi Cendana, “ kata Hery.
Disadari bahwa cendana merupakan jenis tanaman primadona di NTT karena merupakan komoditi utama yang bernilai ekonomi tinggi. Pada Tahun 1989/1990 – 1999/2000, komoditi cendana telah memberikan kontribusi sebesar 40% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini berimplikasi pada eksploitasi besar-besaran terhadap cendana tanpa adanya kegiatan rehabilitasi sehingga mengakibatkan penuruanan populasi cendana di NTT.***THS
Materi terkait:
  1. Masterplan Pengembangan dan Pelestarian Cendana di Provinsi NTT Tahun 2010–2030
  2. Kuasai Teknik Konservasi Cendana, BPK Kupang Siap Dukung Master Plan Pengembangan dan Pelestarian Cendana di NTT 
 
Informasi lebih lanjut:
Hery Kurniawan, M.Sc
Balai Penelitian Kupang
Jl. Untung Surapati No. 7. PO. Box. 69, Kupang, NTT 85115, Telp. 0380 - 823357, 831068, Fax.  0380 - 831068

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Forestry Research and Development Agency (FORDA)

Informasi lebih lanjut:
Hery Kurniawan, M.Sc
Balai Penelitian Kupang
URL : http://bpk-kupang.litbang.dephut.go.id atau http://www.foristkupang.org
Jl. Untung Surapati No. 7. PO. Box. 69, Kupang, NTT 85115, Telp. 0380 - 823357, 831068, Fax.  0380 - 831068

http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Forestry Research and Development Agency (FORDA)
- See more at: http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1925#sthash.D4NSTbR9.dpuf

 
 
FORDA (Makassar, 26/11/2014)_Ternyata diperlukan waktu 30 tahun untuk memulihkan potensi biomassa karbon pada hutan bekas tebangan. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan I Wayan Susi Dharmawan dan Ismayadi Samsoedin, peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi dan Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan.
Mengambil subyek penelitian di hutan Malinau, Kalimantan Timur, riset yang diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan volume 9 nomer 1 Maret 2012 ini sangat bermanfaat bagi Indonesia, negara ketiga pemilik hutan tropis dunia. Termasuk potensi pengurangan emisi gas rumah kaca untuk mendukung program REDD+, pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan berupa data kandungan karbon tanah yang dihasilkan oleh hutan bekas tebangan di hutan alam.
Hasil analisa riset mengungkapkan,  perkiraan potensi biomasa karbon tegakan di atas permukaan tanah di lahan bekas tebangan berusia 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing adalah 343,61 ton per hektar, 392,56 ton per hektar dan 498,19 ton per hektar.
Pada usia 5 tahun, hutan bekas tebangan bisa menghasilkan 46 ton karbon per hektar. Di usia 20 tahun bisa menghasilkan 47 ton karbon per hektar. Dan menghasilkan 30 ton karbon per hektar di usia 30 tahun.
“Hanya jika hutan-hutan bekas tebangan yang tersebar di Indonesia ini dapat dikelola dengan model pengelolaan hutan lestari atau sustainable forest management (SFM) kondisinya dapat pulih kembali selayaknya hutan alam primer setelah 30 tahun,” kata para peneliti tersebut
Menurut peneliti, untuk mengembalikan potensi biomassa karbon di hutan bekas tebangan sama seperti di hutan alam dalam masa 30 tahun, sangat diperlukan dua poin penting acuan aksi.
Pertama yaitu kandungan biomassa karbon dapat dijadikan indikator penilaian pengelolaan hutan yang berkelanjutan atau lestari. Yang kedua, syarat pengelolaan hutan berkelanjutan agar biomassa hutan tebangan setara dengan hutan alam.***(BGS) 
 

Hasil Workshop Penulisan Populer (Berita) kerjasama antara FORDA dengan CIFOR

Penulis Bugi Sumirat dari BPK Makassar

 
Hubungi lebih lanjut:

Ir. Ismayadi Samsoedin, M.Sc. Ph.D

Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan

URL  :http://puspijak.litbang.dephut.go.idatau atau  http://www.puspijak.org

Jl. GunungBatu No. 5, Po.Box. 272,  Bogor 16110, Telp. 0251 - 8633944, Fax.  0251 - 8634924

 
Dr. I Wayan Susi Darmawan, S.Hut, M.Si

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi

URL : http://puskonser.litbang.dephut.go.id atau  http://puskonser.or.id 

Jl. Gunung Batu No. 5,  Po. Box. 165, Bogor 16610, Telp. 0251- 8633234, 520067,  Fax.  0251 - 8638111


Editor:

Islaminur Pempasa

Budy Kristanty

Tim FORDA
 

http://www.forda-mof.org atau www.litbang.dephut.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Jumat, 28 November 2014


Pertarungan Bajak Laut Topi Jerami dengan Bajak Laut Doflamingo masih terus berlangsung di Dressrosa. Di Istana lantai ditengah pertarungan sengit, tangan Law terputus akibat serangan Doffy , sementara luffy berhasil mengalahkan boneka Doflamingo namun kini luffy dihadapkan dengan Bellamy yang ingin dengan jurusnya saat berhadapan dengan Luffy sebelumnya. Mau tau cerita lengkapnya? Baca Disini

GIS : Digitasi



Digitasi adalah suatu proses mengkonversi data analog menjadi data digital dimana dapat ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari objek yang dimaksud. Pada saat ini proses digitasi biasanya dilakukan dengan menggunakan komputer atau sering disebut Digitasi on Screen dimana komputer tesebut dilengkapi dengan software pemetaan seperti ArcGIS, ArcView atau yang lainnya.
Baca Selengkapnya Disini

Senin, 24 November 2014


Georeferencing adalah proses pemberian referensi geografi atau lebih mudahnya memberikan suatu sistem koordinat dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Terkadang image yang kita miliki berupa hasil scan dari peta sebelumnya yang telah tersedia, oleh karena itu image tersebut belum memiliki referensi geografi ketika kita tampilkan pada software pemetaan seperti ArcGIS.

Sebelum kita mulai langkah-langkah pada proses georeferencing, silahkan Download terlebih dahulu bahan untuk materi ini Disini

Okee setelah di Download lalu ekstrak file tersebut dan kita mulai melakukan georeferencing

1. Menampilkan image kwsnhtn-jambi.jpg

 
Buka Software ArcGIS lalu pilih Add Data,


Cari folder lokasi dimana terdapat file yang sudah didownload, kemudian pilih kwsnhtn-jambi.jpg


Image yang kita tampilkan ini belum memiliki sistem koordinat (Unknown Units)


2. Membuat dan memberikan koordinat pada titik ikat


Pilih icon Add Control Point (lihat tanda panah) lalu arahkan kursor sampai pada garis perpotongan bujur dan lintang, lihat tanda + berwarna merah. 


Setelah tanda + diletakan pada daerah perpotongan lalu klik kanan lalu pilih Input X dan Y. Maka akan muncul jendela seperti di bawah ini.

 

Koordinat X dan Y yang diminta berupa angka desimal sedangkan informasi yang tertera pada peta merupakan koordinat derajat menit dan detik sehingga koordinat tersebut harus dikonfersi ke dalam angka desimal. Untuk lebih mempermudah buka Excel.

Buatlah kolom tersendiri untuk Derajat, menit dan detik, lalu buat kolom untuk hasil Derajat dengan angka desimal. Pada kolom derajat isikan dengan rumus = Derajat + (menit/60) + (detik/3600). buatlah untuk konversi bujur dan lintang.

setelah dibuat rumus tersebut masukan  angka referensi yang terdapat pada peta (perpotongan bujur dan lintang yang dijadikan titik kontrol). Pada prinsipnya semakin banyak titik kontrol yang digunakan maka akan semakin meyakinkan kita akan hasil georeferensing. Setelah diketahui nilai X dan Y dalam bentuk desimal maka isikan nilai tersebut pada jendela Enter Coordinates seperti di atas. Titik kontrol yang telah dibuat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 


Titik kontrol yang sudah dibuat dapat dilihat pada icon View Link Table, maka akan terbuka jendela tabel seperti gambar di atas.
di atas tabel dapat dilihat terdapat Total RMS Error, nilai tersebut menunjukan besarnya kesalahan yang terjadi dari akumulasi beberapa titik ikat yang telah kita buat. Usahakan nilai RMSE sekecil mungkin untuk mengurangi kesalahan dalam memasukan referensi koordinat pada peta.

    3. Rektifikasi Citra


Rektifikasi citra dilakukan untuk membuat citra baru yang sudah memiliki sistem koordinat berdasarkan  referensi yang sudah kita berikan.
pilih Georeferencing lalu Rectify

 

lalu tentukan lokasi penyimpanan peta yang sudah direktifikasi pada Output Location dan isikan nama peta yang diinginkan pada kolom Name.

    4. Memberikan sistem koordinat


Tampilkan peta yang sudah direktifikasi. pada peta masih belum memiliki suatu sistem koordinat namun peta tersebut sudah memiliki ukuran dan posisi yang sama seperti informasi yang terdapat pada peta. Untuk memberikan sistem koordinat, buka ArcToolbox --) Data Management Tools --) Project and Transformation --) Define Projection.

 
Maka  akan muncul tampilan jendela seperti di bawah ini. Masukan image/peta hasil rektifikasi dan masukan sistem koordinat yang sesuai yaitu Geographic Coordinate System --) World --) WGS 1984 lalu pilih OK

 

Setelah seluruh tahap dilakukan maka anda akan memperoleh image/peta yang sudah memiliki posisi dan sistem koordinat yang sudah sesuai dengan aslinya.